![]() |
Tatsuya Fujisawa & Tara Dupont |
PART 1
Malam itu cukup dingin bagi
seorang gadis yang tak pernah takut akan rasa dingin. Ia cukup tangguh
untuk berjalan melewati jembatan yang menghubungkan rumah kecilnya dengan jalan
besar di ujung sana.
Ariana Sofia mulai menarik
jaketnya dengan erat. Ternyata Jakarta sebagai kota tersibuk di Indonesia
dengan hawa panas yang cukup menyengat pada siang hari bisa sedingin ini,
setidaknya untuk malam ini atau mungkin ini hanya perasaan gadis bermata coklat
yang besar itu saja.
Dia membenarkan letak
kacamatanya yang kini terlihat ingin lari dari matanya. Rasa sesak yang kini
menggerogoti paruparunya serasa tak tertahan setelah apa yang baru saja ia
lihat. Kenapa harus malam ini, kenapa harus di hari ulangtahunku.
Jembatan itu cukup panjang, ia
berhenti tepat di tengah jembatan itu, ia memegang pinggir besi kokoh yang
mengkilap terkena pantulan lampu jalan yang ada disana. Ia mencengkramnya
hingga ia tak lagi merasakan kalau buku-buku jarinya mulai memucat. Ia menatap
langsung ke air yang tak bergeming sedikitpun.
Kenapa aku berharap lebih? Kenapa
dia melupakan ulang tahunku!? Dia lebih memilih bertemu dengan perempuan lain!
Ah kenapa ...
Dia mengutuk dalam hati. Namun
langsung menggelengkan kepalanya yang kini berbalut jilbab berwarna maroon polos. Perempuan lain? Tapi
siapa dia? Kenapa harus sedekat itu?!
Kini ia merasa siku nya di
senggol. Ia melihat ke samping kiri dan...
"Jual
saja ponselmu!". Sofia langsung berputar cepat. Matanya terbelalak melihat
seorang gadis nyeletuk tidak karuan di sebelahnya. "Kau hampir membuat
jantungku copot!” Sofia memegang dadanya. “Kau.. ada menelfonku? Maaf ponselku
di silent," lanjutnya singkat.
"Lalu apa yang kau lakukan
dijam segini dan disini?" gadis itu melanjut celetukkan tanpa henti.
Dia. Karin Winata, sahabat
sekaligus Ibu kedua Sofia. Lebih mirip Ibu karna gadis bekulit pucat
dengan rambut digulung engga jelas itu lebih cerewet dibandingkan penampilan cueknya
walaupun umurnya sebaya dengan Sofia.
Mereka berdua tinggal di sebuah
rumah kontrakan, tidak besar namun cukup menampung empat sampai lima orang
dengan kamar masing-masing. Sudah sekitar dua tahun sejak mereka menempati
kontrakan tersebut.
"Bukannya tadi kau bilang
ingin menemui Yudi?" Karin menaikkan dagunya tanda bertanya sambil
merangkulkan tangannya ke tangan Sofia. Sofia hanya diam melihat tangannya
digandeng. Karin mulai menemukan wajah sahabatnya tampak pucat walaupun suasana
jembatan sedikit remang-remang. Telah terjadi sesuatu. Manusia badut ini
memperlihatkan wajah datarnya."Kau.. kau sakit?" Ia melepas
gandengannya dan menempelkan tangannya ke kening Sofia.
"Aku baik-baik saja Ibu Kos .." jawab Sofia sambil meledek ditambahin senyum kecut sebagai
penghargaan. "Sebaiknya ayo kita pulang, entah kenapa aku merasa panas
sekali disini."
Ternyata tubuhku beradabtasi dengan perasaanku.
"Baik. Sekarang jelaskan,
apa yang terjadi tadi malam?" Karin membuka bibir nya yang kecil pagi
dengan pertanyaan yang tak akan ia lepaskan sebelum mendapatkan jawaban.
"Tidak ada yang terjadi," balas Sofia sambil mencoba memasukkan roti
panggang dengan selai kacang kesukaannya ke dalam mulutnya. Namun tiba-tiba
roti itu sudah terbang ke tangan sahabatnya. Ternyata benar benar.
"Hia! Roti ku .. "
ucap Sofia kaget. "Sebelum kau menjawab, tak kan kubiarkan satu potong
rotipun masuk kedalam perutmu," jawab Karin dengan senyum kemenangan.
"Kau tau, seberapa banyak roti yang kau habiskan tadi malam? Selai kacang
di kulkas sudah tinggal botol nya. Bayangkan saja," lanjutnya sambil
menunjuk kulkas dengan roti panggang yang masih menempel ditangan kanannya.
Sofia tersenyum kecut. Sambil
cengengesan dia mengambil gelas berisi Smoothes buah pisang, "Yudi engga
jadi datang, dia bilang masih ada urusan di kantor." Mungkin bukan masalah
kantor, tapi masalah perempuan. Laki-laki itu sangat sangat menyebalkan. Laki-laki
yang dari tadi disebut itu adalah Manajer di perusahaan Karin bekerja, sedangkan Karin
adalah seorang staf keuangan.
“Tapi kenapa kelihatannya
kemarin dia sibuk sekali menyelesaikan tugas-tugasnya? Bukannya ingin
menemuimu? Bahkan dia pulang lebih awal.” Suara Karin terdengar bingung. Kemana laki-laki itu? Bukankah dia
menyelesaikan tugasnya lalu menyiapkan kejutan ulang tahun Sofia?
“Entahlah.” Jawab Sofia pendek
sambil mengangkat bahu. “Aku lagi malas membahasnya,” lanjutnya. Lalu dengan
cepat Sofia mencuri roti panggang yang ada di tangan Karin sebelum roti itu
menghilang dan lenyap berkeping-keping ke dalam perut sahabatnya.
“Baiklah, baiklah.” Jawab Karin acuh tak acuh, lalu ia beranjak dari tempat duduknya menuju westafel tempat pencuci piring. “Well, kenapa kau tak meminta hadiahmu padaku? ” Tanya Karin dengan nada menyindir. “Kau tau aku sudah menabung berbulan-bulan untuk hadiahmu.” Nada bangga terdengar di suaranya. “Astaga ... baik sekali duhai Ibu Perikuu” ucap Sofia dengan senyum yang melebar. “Tak ku sangka,” ia menggeleng-gelengkan kepalanya. “By the way, dimana hadiahnya?"
-------
Lanjut PART 2
Post a Comment
Post a Comment